Kurang Tidur Dapat Merusak DNA

Sebuah studi pengamatan baru oleh para peneliti dari Hong Kong menunjukkan bahwa tidur yang terganggu dikaitkan dengan kerusakan DNA. Temuan ini muncul dalam jurnal Anesthesia.

Kurang tidur dikaitkan dengan kerusakan DNA dalam studi baru. Kredit gambar: Arek Socha / Sci-News.com.

Siu-Wai Choi dari University of Hong Kong dan rekan-rekannya dari Rumah Sakit Timur Pamela Youde Nethersole, Rumah Sakit Queen Mary dan Universitas Hong Kong meneliti efek kurang tidur akut pada kerusakan DNA.

Penelitian ini melibatkan 49 dokter yang sehat yang bekerja sepanjang waktu yang darahnya dianalisis pada titik waktu yang berbeda, selama empat bulan.

Sampel darah awal diambil pada pagi hari setelah tiga hari berturut-turut dari peserta yang cukup tidur dan tidak terganggu. Darah tambahan diambil dari peserta kelompok yang kurang tidur akut, dengan rata-rata tidur kurang dari dua siklus tidur (3 jam) dan darah diambil pada waktu pagi.

Peserta (dokter) yang bekerja semalaman memiliki ekspresi gen perbaikan DNA awal yang lebih rendah dan lebih banyak kerusakan DNA daripada peserta yang tidak bekerja sepanjang semalam. Setelah kurang tidur akut, ekspresi gen perbaikan DNA menurun dan kerusakan DNA meningkat.

"Meskipun pekerjaan ini sangat awal, dari hasil penelitian menjelaskan bahwa bahkan kurang tidur satu malampun dapat memicu peristiwa yang dapat berkontribusi pada pengembangan penyakit kronis," kata Dr Choi.

"Ahli anestesi - dan profesional kesehatan lainnya - sering bekerja shift malam dan bertugas, dan pola kerja mereka sering berubah antara kerja malam dan siang," kata Profesor Andy Klein, Pemimpin Redaksi jurnal Anesthesia.

“Studi ini penting karena akan memungkinkan para peneliti di masa depan untuk mempelajari dampak dari mengubah cara kita bekerja dan intervensi lain dengan mengevaluasi jeda DNA dengan cara yang sama seperti yang telah dilakukan oleh para penulis studi ini.”

Sumber:

http://www.sci-news.com