Fenomena Rokok Herbal
Rasanya tidak aneh kalau kita membicarakan bahaya rokok bagi
kesehatan. Ribuan tulisan dengan tema tersebut banyak
tersebar di media, apalagi di dunia maya. Namun sejak munculnya rokok herbal,
istilah “Rokok Merugikan Kesehatan” berubah menjadi “Rokok Menjaga Kesehatan”
atau “Polusi Menjadi Terapi” atau slogan lainnya.
Sebagaimana ketahui secara umum, rokok merupakan campuran antara tembakau sebagai bahan utama
yang dicampur bahan lain sebagai bumbu. Bumbu inilah yang menyebabkan tiap rokok
berbeda rasa dan menghasilkan senyawa berbahaya. Hasil penelitian telah
membuktikan bahwa zat kimia pada asap rokok mengandung ribuan elemen
senyawa kimia yang sebagian besar merupakan zat yang berbahaya bagi kesehatan
tubuh. Sehingga pada kemasan rokok apapun, pasti harus mencantumkan label
“merokok Merugikan Kesehatan” atau “Merokok Membunuhmu” sekarang berganti dengan
berbagai gambar “menyeramkan”.
Bagaimana dengan rokok herbal ?
Rokok Herbal merupakan rokok yang terbuat dari tembakau yang
dicampur dan rempah-rempah sebagai bumbu. Dengan digantinya bumbu kimia
sintetis oleh rempah-rempah, kandungan rokok herbal dianggap menjadi tidak
berbahaya, malah sebaliknya, justru dapat menjadi obat. Namun demikian, banyak
kalangan yang menilai, rokok tetap saja rokok, tidak ada manfaatnya, apapun
bentuk dan jenisnya.
Ketua Dewan Pembina Komisi Nasional Pengendalian Tembakau
Dr. Kartono Mohammad menegaskan bahwa anggapan rokok herbal itu menyehatkan itu
penipuan. Produsennya bahkan dinilai menyesatkan. Kartono juga mengatakan :
"Tidak ada rokok menyehatkan. Itu penipuan, semua orang juga tahu kalau
tembakau itu herbal. Herbal itu kan tanaman. Rokok herbal itu sama saja kayak
rokok biasa, cuma isinya tembakau dan dicampuri tanaman lain. Tapi tetap saja
rokok.”
Hal itu diperkuat oleh Koordinator Quit Tobacco Indonesia
Fakultas Kedokteran (FK) UGM Yayi Suryo Prabandari. Menurut dia, herbal maupun rokok sintetis itu
masih ada nikotinnya dan bisa menyebabkan gangguan jantung. ''Peneliti di Quit
Tobacco Indonesia pernah meneliti rokok herbal ternyata tetap ada tembakaunya.
Sehingga apabila rokok itu dinyalakan atau dikonsumsi, tetap saja satu batang
rokok mengandung 7.000 bahan kimia dan 69 diantaranya karsinogen. Sehingga hal
itu berbahaya bagi perokok aktif maupun perokok pasif.”
Penulis sendiri pernah berdiskusi dengan orang Dinas Kesehatan,
mereka juga menyatakan hal yang sama, bahwa rokok herbal tetaplah berbahaya.
Terlepas dari kepentingan produsen untuk memasarkan produk,
produsen rokok herbal justru mengklaim bahwa rokok herbal tidak berbahaya,
bahkan cenderung menyehatkan. Itulah sebabnya pemasaran rokok herbal disertai
dengan berbagai brosur khasiat dan cara penggunaannya, selayaknya penjualan
obat.
Benarkah rokok herbal tidak berbahaya atau cenderung
menyehatkan dan dapat mengobati penyakit ? Untuk mengetahuinya tentu kita harus
mendengar testimoni dari perokok herbal itu sendiri.
Beberapa pertanyaan mungkin akan terlontar dalam diri kita
mengenai rokok herbal seperti halnya yang pernah terlintas dalam benak penulis.
Maka untuk mencari jawabannya, penulis berdiskusi dengan teman yang ahli
terapi, dan tentu saja, si mbah google. Dari keduanya penulis tuangkan dalam
catatan berikut:
Benarkah ada rokok herbal, yang menyehatkan atau dapat dijadikan
obat ?
Menurut cerita khususnya di Indonesia, awalnya rokok justru
dipakai untuk pengobatan. Karena teknologi semakin berkembang bahan-bahan alami
campuran rokok diganti bahan sintetis. Akibatnya, rokok yang ada menjadi
berbahaya bagi kesehatan. Selengkapnya silakan baca sejarah rokok di wikipedia.
Apabila kita melihat produk konsumtif lain, sebagai contoh
mie. Mie menurut asalnya tidak berbahaya. Namun semenjak perang dunia II, orang
jepang membuat mie instan. Secara otomatis harus banyak ditambahkan bahan kimia
sintetis sepeti zat penyedap, pewarna, pengawet, pengenyal, dan yang lainnya. Hal ini
akan mengubah efek bagi tubuh yang mengonsumsinya. Begitu pula dengan rokok.
Contoh lain adalah sambal dengan bahan baku cabai. Sudah diketahui
bahwa cabai banyak manfaatnya bagi kesehatan. Namun tidak demikian halnya
dengan saus. Memang bahan dasarnya cabai, tapi bahan campurannya ? Kita semua sudah
tahu.
Mengapa rokok herbal, padahal tembakau adalah tumbuhan,
berarti semua rokok adalah herbal ?
Rokok herbal merujuk pada penggunaan bahan alami sebagai campuran
atau bumbu/saus. Berbeda dengan rokok pada umumnya yang mengunakan bahan kimia
sintetis yang membahayakan kesehatan, rokok herbal menggunakan rempah-rempah sebagai
bumbunya. Karena yang dihisap adalah asap dari rempah-rempah, maka efeknya
justru akan menyehatkan. Malahan rokok herbal bukan hanya diisap, melainkan
dapat juga diminum seperti teh.
Kenapa dalam kemasan rokok herbal dicantumkan berbahaya ?
Dengan sistem ekonomi yang berlaku di Indonesia untuk
industri rokok yang mewajibkan mencantumkan peringatan tertulis atau bergambar,
karena bentuknya rokok, walaupun rokok herbal, otomatis harus mengikuti aturan
perundang-undangan. Walaupun diracik agar tidak berbahaya dan cenderung
menyehatkan, tapi tetap saja bentuknya rokok. Hal ini bisa dicontohkan dengan
produk lain yang harus berlabel halal.
Bagaimana dengan anggapan tidak ada rokok herbal atau
menyehatkan ?
Saya kira itu tergantung dari pribadi masing-masing. Penulis
sendiri banyak menemukan orang seperti itu, dengan perkataan : “Laah, dimana
ada rokok menyehatkan, rokok tetap saja rokok, rokok tetap saja asap, semuanya
berbahaya”.
Orang yang berkata seperti itu tidaklah salah. Namun, apabila
kita mau berfikir ilmiah, tentu hal ini harus dibuktikan juga secara ilmiah juga, dengan penelitian.
Saya rasa tidak ada salahnya kita mencoba, karena dengan mencoba kita akan
tahu. Apalagi banyak terstimoni yang diberikan sebagai apresiasi atas adanya
rokok herbal, yang konon katanya rokok herbal benar-benar dapat menyehatkan.
Kalau rokok herbal, mengapa masih ada nikotin ?
Nikotin adalah kandungan khas dari tembakau sebagaimana
cafein ada dalam kopi. Jadi untuk menghilangkan nikotin dari tembakau, tentu saja tidak mungkin,
kecuali tembakau diganti dengan tumbuhan lain, baru nikotin tidak akan ada. Namun
hal ini dapat dikurangi dengan penggunaan rempah-rempah. Makanya dalam rokok
herbal nikotinnya mendekati angka nol.
Memang kalau penulis bandingkan, nikotin paling rendah pada rokok
ada pada jenis mild sekitar 1,0 mg dan paling tinggi 2,4 mg. Pada rokok herbal,
nikotin paling tinggi 0,45 mg dan paling rendah 0,09 mg.
Mengapa harus menghisap rokok herbal ?
Menurut bayak testimoni, rokok herbal terbukti secara
empiris dapat menyehatkan atau mengobati penyakit.
Beberapa brand rokok herbal dikembangkan oleh orang Islam
dan ada yang memiliki pesantren bahkan mengurus anak yatim. Konon katanya hasil
dari penjualan rokok herbalnya dipakai untuk membiaya pesantren anak yatimnya.
Terlepas dari dua alasan di atas, produsen rokok herbal adalah
orang Indonesia yang memberdayakan petani lokal sebagai suplier tembakaunya. Berbeda
dengan rokok biasa yang kebanyakan milik asing, otomatis hasil penjualan rokok pun
untuk orang asing. Minimal selaku orang Indonesia kita mencintai dan
menggunakan produk sendiri.
Note:
Saya memang seorang perokok, tapi tidak bertujuan untuk mengubah
kebiasaan merokok pembaca, mau merokok jenis apapun atau merek apapun, herbal, filter, kretek, mild, melinting
tembakau atau tidak merokok sekalipun, silakan saja. Karena itu privasi masing-masing. Yang penting yang tidak merokok tidak menggunjing para perokok, dan terutama para perokok tidak mengganggu kenyamanan yang tidak merokok.
Artikel ini sudah saya posting di blog saya yang dulu, tahun 2015, cuma blognya sudah saya hapus.
Sumber:
Fenomena Rokok Herbal
Reviewed by qyohans
on
01.20
Rating:
Tidak ada komentar: